Rahim Pengganti

Bab 105 "Gara Gara Jengkol"



Bab 105 "Gara Gara Jengkol"

0Bab 105     
0

Gara gara Jengkol     

Sabtu pagi ini hujan turun dengan sangat deras, membuat siapa saja yang sedang tidur sangat malas untuk membuka mata nya, begitu juga Bian dan Melody kedua pasang anak dan ayah itu sudah berulang kali di bangunkan oleh Caca tapi, tetap tidak ada sedikit pun kedua nya bergerak dari tenpat tidur nya.     

"Sayang … ayo bangun nak, udah siang. Ini Sabtu loh, biasa nya Kakak seneng banget. Yok bangun dong sayang," ucap Carissa sambil mengusap kepala Melody. Tak lama anak gadisnya itu bangun dan membuka mata nya. Melody langsung memeluk sang bunda dengan penuh erat.     

"Morning sayangnya Bunda."     

"Morning Bun," balas Melody dengan nada serak bangun tidur.     

Usia Melody masih muda tapi kecerdasan anak itu memang luar biasa. Kepintaran Melody menurun dari Bian dan Carissa menurut Bunda Iren dan mendiang Mama Ratih dulu.     

Setelah Melody bangun, Caca segera membawa anak nya itu masuk ke dalam kamar mandi. Siang tadi jika hujan sudah mulai reda maka, mereka akan pergi piknik ke sebuah taman yang baru saja di buka untuk umum.     

Sudah selama satu Minggu Carissa ingin ke sana namun, karena Bian masih banyak kegiatan membuat rencana itu hanya bisa menjadi wacana saja. Selesai dengan urusan Melody, Carissa segera membangunkan suaminya. Sangat sulit untuk bisa membuat Bian bangun pagi, pria itu lebih sudah tidur, rebahan dan sangat mager kalau sudah weekend seperti saat ini.     

Bukan tanpa sebab Bian seperti semua karena pria itu sudah lelah dengan kegiatan yang harus dirinya habiskan di kantor dari pagi hingga sore bahkan sesekali malam hal itu lah yang membuat Bian lebih nyaman untuk berada di dalam menghabiskan waktunya rebahan di dalam kamar.     

"Mas bangun yok. Kan udah janji, buat kita pergi. Ayo dong Mas, kita jalan," ucap Carissa sambil menggoyangkan badan suaminya namun, nihil Bian malahan mengambil selimut dan menutup sebagian wajahnya.     

Bian benar benar sangat susah bangun pagi, rasanya Carissa ingin menggigit lengan sang suami saking kesalnya.     

"Ayo bangun Mas. Kalau kamu gak mau bangun, ya sudah biar aku dengan Melody aja pergi berdua. Tinggal nanti kami gak usah pulang pulang lagi, biarkan kami pergi dari sini selamanya." Setelah itu Carissa beranjak dari tempatnya namun, baru beberapa langkah tangan Caca segera di cekal oleh Bian.     

Pria itu tiba tiba terbangun dari tidurnya, dan menahan lengan istrinya itu. Melihat hal tersebut, membuat Carissa terdiam. Bian menarik Caca, hingga membuat wanita itu terjatuh namun, masih tetap aman.     

"Kenapa bilang gitu. Gak boleh pergi sendirian harus sama Mas pergi nya," ucap Bian kesal. Caca hanya tersenyum, wanita itu sangat bahagia mendengar ucapan yang di lontarkan oleh sang suami. Bian benar benar harus di pancing seperti saat ini, Caca sengaja mengatakan hal itu semua, supaya Bian mau membuka matanya dan apa yang dilakukan oleh Caca berhasil.     

***     

Semua orang sudah siap, piknik kali ini bukan hal keluarga Bian saja tapi ikut juga Alan dan Bunga. Serta Jodi bersama Elang juga ada. Hubungan antara Elang dan Bian sudah membaik, bahkan kedua nya sudah mulai dekat lagi seperti dulu. Masalah yang ada membuat kedua nya cukup menjauh tapi seiring berjalannya waktu, serta ucapan demi ucapan yang disampaikan oleh Caca membuat Bian sadar.     

Setiap orang punya bahkan akan selalu memberikan kesalahan baik pada dirinya sendiri atau orang lain. Sebagai manusia kita tidak bisa menghakiminya, karena hakim paling tepat ada Tuhan. Setiap hal yang terjadi adalah takdir Tuhan, yang sudah tertulis Tuhan lah yang memiliki skenario terbaik.     

"Mas tiketnya siapa yang bawa kita gak ada loh," ucap Carissa ketika mereka sudah hampir membuka pintu mobil. Semuanya yang ada di sana menoleh ke arah mobil Bian dan Carissa karena suara yang diberikan Caca cukup besar.     

"Udah gue yang bawa Ca. Lo tenang aja," sahut Jodi. Carissa tersenyum dan meneriakkan terima kasih kepada Jodi, semua nya akhir nya masuk ke dalam mobil kembali.     

Melody sudah duduk di bangku belakang, dengan perlengkapan keamanan yang baik. Selama diperjalanan tidak banyak suara, karena Melody tertidur sedangkan Carissa sibuk dengan ponselnya. Ibu hamil itu, baru saja menemukan sebuah games yang menyita waktunya, dan gemes itu benar benar membuat Carissa sibuk jika dirinya seorang diri.     

Satu setengah jam rombongan mereka sudah sampai di sana, Carissa langsung ceria menatap semua hal yang ada di depan sana. Wanita itu begitu girang, saat melihat tempat yang sudah sangat lama dirinya pengen kunjungi.     

"Pelan pelan," ucap Bian ketika melihat istrinya itu begitu lincah dan sibuk sendirian tanpa tahu apakah berbahaya atau tidak. Mendengar perkataan sang suami, Caca langsung memasang wajah tersenyum wanita itu segera memelankan langkahnya.     

Para perempuan sudah mencari tempat untuk duduk, sedangkan para laki laki sibuk menurunkan semua barang barang yang akan mereka gunakan nanti serta beberapa tenda. Tempat ini, memang di sewakan untuk bisa digunakan menggunakan tenda atau hanya liburan sebentar.     

"Kita mau berapa bulan di sini?" tanya Jodi. Ketika melihat banyak sekali, tas yang perlengkapan lainnya di sana. Padahal mereka hanya akan berada di tempat ini sampai sore. Tapi barang yang sudah di bawa sangat banyak dan melimpah membuat dirinya hanya bisa geleng-geleng kepalanya.     

Bian dan Alan hanya bisa menatap Jodi, apa yang di pikirkan oleh Jodi tadi sudah ada di otak mereka sebelumnya. Namun, jawaban para istri benar benar membuat keduanya tidak berani bertanya lagi. Itulah ketika Jodi berkomentar, Bian dan Alan hanya bisa diam.     

***     

Kedua orang ini sedikit menjauh dari mereka. Kedua nya duduk di atas ayunan sembari menatap ke arah depan, senyum manis tidak pernah luntur dari wajah keduanya.     

"Melody itu akan selalu di sayangi semua orang," ujar Elang. Saat ini Siska dan Elang ada di area bermain, duduk di atas ayunan dengan pandangan mata menatap ke arah dua orang di depan sana. Siska menoleh ke arah Elang dan tersenyum. "Gadis kecil itu pelipur lara ketika sedih Mas. Melody lahir membuat semua orang bahagia, anak yang selalu di tunggu kedatangannya. Anak yang begitu diinginkan kedua orang tuanya. Kamu pasti tahu, bagaimana dulu Mas Bian dan Mbak Caca."     

"Sulit. Dulu aku kira Caca begitu tega memberikan anak yang di kandung kepada orang lain. Tapi lambat laun, aku mengerti kenapa dia bisa seperti itu meskipun akhirnya Caca lebih memilih pergi."     

"Mas pernah dengar kabar Mbak Della?" tanya Siska.     

Elang menggelengkan kepalanya, semua orang tidak tahu bagaimana keadaan Della saat ini. Setelah di putuskan bersalah dalam beberapa kejadian kriminalitas, Della tidak ingin satu orang pun datang melihatnya, bahkan ketika Aiden ingin melihat mantan teman tidurnya itu Della menolak.     

"Kamu tahu kabar Aiden sekarang?" tanya Elang balik.     

Siska menggelengkan kepalanya lalu berkata. "Nggak Mas. Keluarga mereka juga seolah menjauh dari kami, mungkin karena semua keluarga memusuhin. Terakhir aku dengar kabarnya saat Mama meninggal mereka menyesal dengan apa yang sudah terjadi." Siska menarik napasnya "Padahal Mas Bian, sudah bilang akan melupakan semuanya. Karena mau tidak mau mereka adalah keluarga kami," sambung Siska.     

Perbincangan keduanya berlanjut, tawa canda di antar mereka membuat orang orang yang duduk di sana ikut menatap mereka. Bahagia ya itu lah yang dirasakan oleh mereka semua saat ini.     

Sore harinya, mereka semua sudah pulang Bian dan Carissa tidak langsung pulang karena tiba tiba ibu hamil itu ingin makan sesuatu. Carissa sedang ingin jengkol, hal itu membuat Bian bingung harus mencari ke mana. Apa lagi warung warung seperti itu, pasti sudah tutup.     

"Besok aja ya. Biar di bikin kan sama bi Sumi, jengkol nya kalau sekarang pasti sulit nyari nya," ujar Bian.     

Raut wajah Carissa sudah berubah menjadi cemberut hal itu membuat Bian hanya bisa pasrah melihat hal itu.     

"Pokoknya mau makan jengkol, kalau Mas gak mau cariin biar aku cari sendiri," ucap Caca sembari membuka kunci mobil. Hal itu sontak membuat Bian syok, karena posisinya mobil mereka sedang berjalan.     

"Oke!! Kita cari, kamu jangan gini dong, kalau sampai jatuh tadi gimana. Bukan cuma kamu yang bahaya, tapi anak aku juga," bentak Bian. Mendengar bentakan yang diberikan oleh Bian, membuat Carissa terbaik. Pria itu kesal dengan apa yang di lakukan oleh sang istri, Bian takut sesuatu hal terjadi pada istrinya itu hingga dirinya menaikan nada bicara dengan begitu tinggi.     

Mendengar hal itu membuat Caca terdiam, wanita itu hanya menundukkan kepalanya, air mata menetes di sudut matanya. Dirinya begitu sensitif dengan apa yang dilakukan oleh Bian. Melihat sang istri hanya terdiam, Bian lalu melirik dari ekor matanya.     

Pria itu terdiam sesaat, memikirkan apa yang baru saja dirinya lakukan. Bian segera menghentikan mobilnya, dan memeluk erat sang istri sambil mengusap kepalanya.     

"Maaf sayang maaf. Aku gak maksud buat bentak kamu, kamu jangan nangis ya. Please maaf, aku gak sengaja," ucap Bian. Pria itu tidak menyangka akan terbawa emosi. Hingga menaikan suaranya, padahal Bian tahu bagaimana perasaan sang istri saat ini.     

Cukup lama membuat Carissa tenang, wanita itu meminta suaminya untuk pulang saja, kalau sudah seperti ini maka Bian dapat pastikan Carissa ngambek. Pria itu tidak mengindahkan ucapan Caca, dirinya segera kembali menjalankan mobil dan pergi mencari warung makan yang menjual jengkol.     

Bian tidak ingin, karena jengkol anaknya nanti akan ileran. Selama hampir satu jam, keduanya mencari keberadaan penjual jengkol, hingga akhirnya Bian dan Caca belum juga menemukannya.     

"Pulang aja Mas. Aku ngantuk dan lapar," ucap Carissa. Tidak terlihat wanita hamil itu kesal atau marah tapi bagi Bian itu adalah hal yang tidak mungkin.     

"Mau makan apa?" tanya Bian.     

"Aku mau makan telur mata sapi sama kecap aja Mas. Makanya kita pulang aja ya Mas. Buruan!!"     

Bian menatap bingung ke arah istrinya kenapa keinginan sang istri begitu membuat Bian geleng geleng kepala. Jengkol, dan sekarang makan sama kecap astaga sungguh tingkah aneh ini benar benar membuat Bian harus sabar.     

###     

Okei. Selamat membaca, maaf kalau beberapa part ada lagu nya. Maaf bukan saya tidak kreatif tapi karena emang seperti itu konsep cerita saya. Maaf membuat kalian kecewa, dan terima kasih untuk semua yang sudah mau membaca karya ini. Sehat terus, buat kalian semuanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.